Penulisan sejarah biasanya berkaitan erat dengan siapa yang menjadi penguasa
dizaman sejarah tersebut dibuat. Sebagai contoh sederhana, dizaman Soeharto
berkuasa, ia menciptakan sejarah tentang jasa-jasanya menyelamatkan bangsa dan
negara dari kudeta. Namun dizaman reformasi, banyak pakar sejarah yang berusaha
merevisi ulang semua dogma tersebut karena dogma tersebut dianggap kebenarannya
meragukan bagi kaum intelektual.
Melalui tulisan ini, penulis berusaha menelisik dunia politik yang ada di
negara Turki, khususnya pada era transisi kepemimpinan Usmani ke Mustafa Kemal
Attaturk yang bernafaskan westernisasi. Dalam sejarah dunia dia dianggap
sebagai bapak pembaharuan Turki modern yang namanya begitu harum sebagai
peletak tonggak sekulerisme Turki. Dialah orang yang mengabolisi Khilafah
Islam dibubarkan pada 3 Maret 1924.
Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang mendalam
bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam dimasa
kekhalifahan Turki Utsmani diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan
antara manusia dengan sesama manusia, dan juga sebagai makhluk Allah SWT, serta
merupakan suatu sistem sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa pengaruh kedua
peradaban tersebut (Arab-Persia) sangat kuat ke dalam kebudayaan bangsa Turki.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh negara Arab dan Persia sangat nampak dan
signifikan berpengaruh pada seluruh aktifitas manusia di wilayah Turki.
Sehingga kondisi ini sering kali menimbulkan kekeliruan pada masyarakat awam
yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan bangsa Arab.
Suatu anggapan masyarakat awam pada umumnya, yang menurut Negara Turki keliru
selalu diluruskan oleh bangsa Turki sejak tumbuhnya nasionalisme pada abad
ke-19. Pada perkembangan selanjutnya, guna meluruskan kekeliruan masyarakat
tentang penilaian identitas bangsa Turki yang didogma mirip dengan Arab,
selanjutnya arah modernisasi yang dilakukan Turki, yang mana modernisasi
berkiblat ke dunia Barat, yang juga telah menyerap unsur-unsur budaya Barat
yang dianggap modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah
mewarnai identitas masyarakat Turki hingga saat ini.
Pengaruh barat yang ikut mewarnai identitas Turki tersebut, salah satunya
digagas oleh Mustafa Kemal Attaturk. Hal inilah yang menjadi latar belakang
penulis untuk menelisik lebih jauh mengenai dunia politik di Negara Turki.
Hal-hal yang melatarbelakangi masuknya pengaruh barat dalam kancah kehidupan
politik di Turki yang disebut dengan sekulerisme yang nantinya menjadi wajah
baru dalam kehidupan politik di Turki akan dipaparkan penulis dalam makalah ini.
Pada makalah ini akan dibahas ide-ide pembaharuan yang dilakukan oleh seorang
tokoh pembaharu di Turki yakni “Mustafa Kemal”, beliau dikenal sebagai seorang
tokoh pembaharu yang berperan menyelamatkan bangsa dan Negara Turki dari mala
petaka kehancuran total akibat penjajahan Eropa, meskipun pada akhirnya tokoh
yang satu ini dianggap sebagai tokoh kontroversial yang telah merubah budaya
kekhalifahan yang menjadi karakter kerajaan Turki Usmani selama beratus-ratus
tahun menjadi negara yang beraliran sekuler, bahkan dikenal sebagai “Pencipta
Turki Modern” dan oleh bangsa Turki diberi gelar sebagai “Attaturk” .
2.1 Letak Geografis Negara Turki
Secara geografis, definisi Timur Tengah tidak begitu jelas. Tapi para sejarawan
sepakat menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Timur Tengah adalah wilayah yang
terbentang antara Lembah Nil (The Nile Valley) hingga negeri-negeri Muslim di
Asia Tengah (lebih kurang Lembah Amur Darya atau Sungai Oxus), dari Eropa yang
paling tenggara hingga lautan Hindia. Negeri-negeri Muslim di Asia yang ada
didalamnya sering juga disebut dengan Timur Dekat (the Near Asia), menurut
informasi yang penulis dapat, istilah timur dekat populer pada zaman peradaban
klasik yang dipopulerkan oleh bangsa-bangsa barat, dan khusus bagian Benua Asia
biasa juga disebut dengan Asia Barat (West Asia). Amerika Serikatlah yang
mempopulerkan istilah Timur Tengah setelah Perang Dunia II.
Negara Turki modern adalah satu negara yang wilayahnya terletak di dua benua
sekaligus. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer persegi, 97% (790.200
km persegi) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km
persegi) terletak di benua Eropa . Republik Turki adalah sebuah negara besar di
kawasan Eurasia. Ibu kotanya berada di Ankara namun kota terpenting dan
terbesar adalah Istanbul. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki
jembatan antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari Asia
Tengah. Secara historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia,
peradaban Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium Usmani dan
pengaruh negara-negara Barat Modern. Hingga saat ini bangunan-bangunan
bersejarah masa Bizantium masih banyak ditemukan di Istanbul dan kota-kota
lainnya di Turki. Yang paling terkenal adalah Aya Sofya, suatu gereja dimasa
Bizantium yang berubah fungsinya menjadi mesjid pada masa Khalifah Usmani dan
sejak pemerintahan Mustafa Kemal hingga kini dijadikan musium.
2.2 Siapa Mustafa Kemal Attaturk ?
Dalam pembahasan siapa Mustafa Kemal Attaturk? penulis akan menjelaskan tentang
biografi dari Mustafa Kemal Attaturk. Biografi ini penulis sertakan dalam
makalah dengan tujuan, supaya pembaca bisa mengetahui latar belakang tokoh yang
digembor-gemborkan dunia sebagai tokoh sekulerisasi di Turki dan membawa
pembaharuan pada aspek politik khususnya.
Pada tanggal 12 Maret 1881, di suatu tempat di Salonika (sekarang Thesaloniki
dan masuk wilayah Yunani) lahirlah seorang putra, yang diberi nama
Mustafa. Bapaknya bernama Ali Reza Efendi, seorang pegawai pajak yang
setelah pensiun menjadi pedagang kayu. Ibunya bernama Zubeyda Hanim, seorang
putri dari keturunan Turki tua yang telah mengatur kota Langasa dekat Salonika,
Zubeyda Hanim mempunyai watak yang kuat yang tidak mudah menyerah kepada kehendak
sang suami.
Mustafa Kemal menikah dengan seorang wanita bernama Latifa Usakligil. anak
perempuan Ushakizade Muammer, seorang Smyrna yang kaya dan berminat pada
perkapalan dan perdagangan internasional. Meskipun Latifa orang turki yang
berkulit zaitun dan memiliki mata gelap dan besar, namun ia telah belajar ilmu
hukum di Eropa dan berbahasa Perancis seperti wanita Perancis. Mereka menikah
di rumah ayah Latifa dengan gaya Eropa sebagai upaya untuk menghapuskan
adat-adat yang Islami. Dalam perkawinan Islam, pengantin laki-laki dan
perempuan tidak boleh saling bertemu sampai setelah upacara akad nikah selesai.
Namun, Kemal dan Latifa melanggar tradisi dan mengucapkan janji setia mereka
sambil duduk di atas bangku.
Setelah itu Kemal mengajak istrinya melakukan perjalanan bulan madu, dengan
memanfaatkan istrinya sebagai contoh dalam kampanyenya untuk menggalakkan
emansipasi terhadap wanita Turki. ”Itulah cara untuk memperlakukan seorang
wanita,” katanya, dengan menunjuk Latifa yang berdiri di sampingnya dengan mengenakan
celana. Memamerkan istrinya dengan cara yang tidak lazim semacam itu menyulut
kemarahan bagi kalangan Islam yang mereka sebut tradisionalis di antara
lawan-lawan politiknya, khususnya ketika Latife tampil mengenakan gaun pendek
yang mempertontonkan bagian-bagian tubuh secara terbuka pada berbagai acara
pesta besar.
Pernikahan Mustafa Kemal hanya berjalan singkat selama dua tahun antara tahun
1923-1925, disebabkan istri Mustafa Kemal meninggal dunia. Dari pernikahannya
yang singkat, dia tak memperoleh anak. Tetapi Mustafa mmpunyai banyak anak
angkat, dan yang paling dikenal publik adalah Ulku.
2.3 Pendidikan Mustafa Kemal Attaturk.
Riwayat pendidikan Mustafa Kemal dimulai sejak tahun 1893, namun hal tersebut
menimbulkan pro dan kontra didalam keluarga Mustafa Kemal sendiri, karena Ali
Reza dan Zubeyda mempunyai pandangan yang berbeda dalam memberikan pendidikan
kepada Mustafa. Ali Riza, sang ayah, ingin agar Mustafa masuk ke sekolah umum,
tapi ibunya, Zubeyda yang berlatarbelakang sebagai ahli agama Islam,
menginginkan Mustafa hafal Quran dan ia harus jadi seorang hoja (guru agama).
Dengan terpaksa sang ayah mengalah dan Mustafa pun dikirim masuk sekolah di
Madrasah Fatimah Mullah Kadin, pendidikan Islam yang terkemuka di Kota
Salonika. Diterima di sekolah itu agaknya sesuatu yang istimewa. Dalam buku
Atatürk: The Rebirth of a Nation, Patrick Kinross mengutip penuturan Mustafa
tentang upacara di hari pertama itu :
“Di pagi hari, ibunya mendandaninya dengan pakaian putih dan kalung leher
bersulam emas; sorban melingkar di kepala. Ia pun dijemput seorang hoja beserta
ulama lain. Mereka melangkah ke jalan dalam semacam prosesi ke sekolah. Di
sekolah yang bertaut dengan sebuah masjid itu, doa bersama pun dibacakan. Lalu
sang guru membimbing Mustafa masuk ke sebuah ruang. Di sana sebuah Quran sudah
siap terbuka”.
Namun nampaknya Mustafa tidak tenang belajar di Madrasah Fatimah Mullah Kadin,
dengan bukti ia sering melawan gurunya. Hanya beberapa hari belajar disana
Mustafa lari dari sekolah itu dan setelah orang tuanya tau bahwa Mustafa tidak
tenang belajar disana, ayahnya memindahkannya ke sekolah rakyat Shemsi Effendi
yang menggunakan metode pendidikan modern, nama sekolahnya adalah Rushdiye
Salonika (sekolah menengah militer anti Turki). Namun ironisnya pada usia 12
tahun, ayah Mustafa meninggal dunia, sehingga ia hanya dibesarkan oleh ibunya.
Bersama ibu dan adik perempuannya, Mkbule Hanim, Mustafa pindah ke rumah
pamanya di suatu desa. Ia dan Makbune Hanim setiap hari membantu menjaga sawah
pamannya dari gangguan burung.
Pada usia 14 tahun yaitu tepatnya tahun 1895 Mustafa masuk ke sekolah militer
di Manastir, tempat ini adalah pusat nasionalisme Yunani yang anti Turki. Di
sekolah tersebut nama Mustafa ditambah dengan nama Kemal oleh guru
matematikanya, sebagai pengakuan atas kecerdasan akademik yang ia peroleh.
Saat-saat liburannya di Salonika, Mustafa Kemal senang berkunjung ke
tempat-tempat hiburan Eropa dimana para wanita tidak mengenakan cadar,
menyanyi, berdansa, dan duduk di meja bersama laki-laki. Dari situlah Mustafa
Kemal mulai mengenal pergaulan dunia Eropa, dan dia mulai menyenangi
minum-minuman keras.
Pada 13 Maret 1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer di Istambul sebagai kader
pasukan infanteri. Melihat jenjang pendidikan Mustafa Kemal spesialis di bidang
militer, tampaknya ia ingin menjadi militer yang professional dan tangguh. Akan
tetapi Mustafa Kemal menyadari bahwa pengetahuan kemiliterannya belum cukup
untuk menunjang karirnya dimasa depan. Maka ketika Mustafa Kemal masih dalam
proses belajar, ia mencari nilai tambah pengetahuannya, yaitu salah satunya
mempelajari politik dengan memanfaatkan pergaulannya.
Mustafa Kemal banyak bersandar pada teman-temannya para pendeta Macedonia yang
sengaja ”menangkapnya”. Para pendeta Macedonia inilah yang mengajarkan
dasar-dasar bahasa Perancis bersama seorang teman Mustafa dari Macedonia yang
bernama Fethi. Dan temannya yang bernama Ali Fethi inilah yang nantinya
mendorong Mustafa Kemal mempelajari bahasa Perancis,. Keduanya diajari
buku-buku karya pemikir-pemikir liberal yang mana merupakan filosuf-filosuf
yang terkenal serta ahli-ahli teori ilmu politik dan kenegaraan, filsafat dan
juga sosiologi bahkan hingga saat ini ajaran filosuf tersebut masih dipelajari
para intelektual modern, filosuf tersebut seperti Voltaire, Rousseau, Thomas
Hobbes, dan John Stuart Mill, Auguste Comte, serta buku-buku lainnya. Hingga
akhirnya, Mustafa mengarang syair yang mendengung-dengungkan nasionalisme dan
berpidato di depan akademi militer. Mustafa berbicara kepada mereka tentang
kerusakan sultan sebelum dia berumur 20 tahun.
Tahun 1902 ia ditunjuk menjadi salah satu staf pengajar dan Mustafa Kemal
kemudian ditempatkan di Istambul. Di sana dia menjadi pengunjung rutin rumah
Madame Corinne, seorang janda Italia yang hidup di Pera, sebuah distrik kota
yang telah mengalami westernisasi. Ia pun hanyut dalam minum-minuman keras,
bermain judi, dan bersenang-senang dengan musik. Akhirnya setelah mencapai
nilai tertinggi dalam ujian akhir, pada bulan Januari 1905 ia lulus dengan
pangkat kapten atau letnan.
2.4 Karir Militer Mustafa Kemal
Adapun karir militer yang dialami Mustafa Kemal dapat penulis kronologiskan
menjadi tujuh, yaitu:
1. Lulus Akmil Istambul (1905)
2. Membentuk kelompok rahasia tanah air dan masyarakat bebas
(1906)
3. Mengukir prestasi dalam perang Gallipoli melawan Sekutu
(1915)
4. Menyatukan gerakan nasional Turki melawan Yunani dan
terpilih sebagai presiden Kongres Nasional (1919)
5. Membentuk Republik Turki dan terpilih sebagai presiden
(1923)
6. Memulai program reformasi dibidang hukum, politik, dan
kebudayaan (1924)
7. Memakai gelar Attaturk (1933)
Setelah mendapat pangkat letnan pada tahun 1905, kemudian ia ditempatkan di
Damaskus. Pada waktu Turki berada dibawah pemerintahan Sultan Abdul
Hamid, yang mana pemerintahannya bersifat refresif. Kondisi ini mendukung
timbulnya perkumpulan-perkumpulan rahasia baik dikalangan politisi maupun kaum
muda dikalangan militer. Tanpa berfikir panjang Mustafa Kemal segera bergabung
dengan sebuah kelompok rahasia yang terdiri dari perwira-perwira yang
menginginkan pembaruan tersebut. Kelompok ini kemudian bernama Vatan ve
Hürriyet (Tanah Air dan Kemerdekaan), dan menjadi penentang aktif rezim Dinasti
Usmani tepatnya pada tahun 1906.
Kemudian pada tahun 1907 ia ditempatkan di Selanik dan bergabung dengan Komite
Kesatuan dan Kemajuan yang biasa disebut sebagai kelompok Turki Muda. Kelompok
ini menentang rezim Dinasti Usmani karena dianggap menekkan segala pemikiran
liberal. Menurut kelompok Turki Muda Islamlah yang harus bertanggung jawab atas
keterbelakangan Turki, mereka menganggap Syari’ah Islam yang diterapkan oleh
Dinasti Usmani merupakan cara kuno untuk mengatur pemerintahan di Turki.
Pada tahun 1919 Masehi, Mustafa Kemal berhasil membuat prestasi dengan
cara bersandiwara menyatukan gerakan nasional Turki, hal ini dilakukan
untuk menutupi kebenciannya kepada Islam dan untuk meraih simpati rakyat.
Ketika dia berhasil menang atas Yunani di Ankara, ia berbicara di hadapan
publik, ”Sesungguhnya semua rencana akan diambil tidak dimaksudkan kecuali
untuk melindungi kesultanan dan khilafah serta pembebasan sultan dan negeri ini
dari perbudakan orang-orang asing.”
Bulan April 1920 Mustafa Kemal membentuk dan memimpin Majelis Nasional Agung
Turki yang berpusat di Ankara.
Tahun 1922 kaum nasionalis sekuler Turki makin merajelela. Sultan Mehmet VI
Vahdettin (Wahiduddin) dijatuhkan. Kelompok nasionalis ini membuat kekuasaan
Khalifah ditiadakan pada tanggal 1 November 1922.
Mulailah Mustafa Kemal menampakkan kebenciannya kepada Islam. Dan sedikit demi
sedikit mengenalkan westernisasi di Turki Usmani. Pada tanggal 19 November 1922
melalui Majelis Nasional Turki di Ankara, Mustafa Kemal mengangkat Abdul Majid
II menjadi Khalifah menggantikan Muhammad Wahiduddin yang melarikan diri.
Sultan Abdul Majid ini sebenarnya hanya khalifah boneka yang sama sekali tidak
memiliki kekuasaaan apa-apa.
Pada tanggal 29 Oktober 1923 kaum nasionalis sekuler Turki memproklamirkan
berdirinya Republik Turki dengan Mustafa Kemal sebagai presidennya. Tidak lama
berkuasa, ia menyatakan tegas bahwa ia akan menghancurkan puing reruntuhan
Islam dalam kehidupan bangsa Turki. Hanya dengan mengeliminasi segala hal
berbau Islam, Turki bisa ‘maju’ menjadi bangsa modern yang dihormati. Tanpa
ragu Kemal menyerang Islam dan pilarnya. Dan itulah puncak keberhasilan Mustafa
Kemal dalam perjuangannya membentuk wajah baru dunia politik Turki, yang
tadinya merupakan Negara Islami bahkan diidentikkan dengan pengaruh Arab dan
Persia yang kuat, kini menjadi Negara Republik yang bernuansa nasionalisme,
populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionisme. Hal ini akan Nampak pada
keberlangsungan pemerintahan Mustafa Kemal dalam memimpin Turki. Dari kelahiran
Republik Turki inilah ia di juluki sebagai Attaruk (bapak Turki)
2.5 Mustafa Kemal Ataturk Dan Westernisasinya
Usaha pembaharuan Kemal dimulai ketika perjuangan kemerdekaan telah selesai.
Dalam langkah pembaharuannya tersebut, Kemal melihat Barat sebagai model yang
ideal, oleh karena itu, Kemal ingin mewujudkan peradaban Barat di Turki dengan
jalan westernisasi dan skularisasi hamper dalam segala bidang. Dalam bidang
politik, Kemal membentuk suatu Negara Republik dan ibukotanya Ankara. Mustafa
Kemal sebagai Presiden dan Ismet sebagai Perdana Mentri. Kemudian ia membentuk
Majelis Nasional Agung dan ditetapkan aturan sebagai berikut :
1. Kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat Turki
2. Majelis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat
tertinggi
3. Majelis Nasional Agung bertugas sebagai badan legislatif
dan badan eksekutif
4. Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari Majelis
Nasional Agung akan menjalankan tugas pemerintah.
5. Ketua Majelis Nasional Agung merangkap jabatan Ketua
Majelis Negara.
Semenjak menjadi presiden, Kemal mengambil alih jabatan-jabatan strategis dan
membebaskan pengaruh-pengaruh agama didalamnya. Namun hal ini bukan berarti
Negara menghilangkan agama. Agama masih mempunyai peran melalui Direktorat
Jendral Urusan Keagamaan, dibawah wewenang Perdana Mentri. Dalam bidang hukum
dan pendidikan, Mustafa Kemal menghapuskan kementrian urusan syari’at yang
semula dibentuk sebagai pengganti Biro Syaikh Al-Islam. Pada tahun 1926 hukum
syari’ah diganti dengan Undang-Undang Sipil, perkawinan bukan lagi dilakukan
menurut syari’at tetapi menurut hokum sipil. Dan selanjutnya dibuat hukum baru
seperti hukum dagang, hukum pidana, hukum laut, hukum obligasi yang semuanya
diambil dari Barat.
2.6 Pembaharuan Dalam Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan pun mengalami sekulerisasi, hal ini dapat dilihat dalam
penghapusan bahasa Arab dan bahasa Persia sebagai bahasa komunikasi belajar
mengajar diganti dengan bahasa Latin. Pendidikan Agama di sekolah pun
dihapuskan, dan diganti pendidikan agama adalah merupakan tanggungjawab dari
orang tua dan lembaga pendidikan imam dan khatib. Dan terlihat lagi pada tahun
1931 Fakultas Teologi di Istambul ditiadakan. Dalam uraian diatas terlihat
bahwa Mustafa Kemal telah mengikis habis unsur-unsur keagamaan dalam kancah
politik dalam hal ini yaitu melalui konstitusi dan struktur pemerintahan, namun
Kemal tidak menghilangkan agama dari kehidupan rakyat Turki. Oleh karena itu
tidak heran apabila Islam masih melekat dalam kehidupan rakyat Turki meski
aturan Negara bukan lagi menganut syari’at Islam.
2.7 Perbaharuan Dalam Budaya Dan Kesenian.
Mustafa Kemal menganggap fez (dalam bahasa Turki "fes" (topi Turki),
yang mulanya diperkenalkan Sultan Mahmud II sebagai aturan berpakaian di
Kekaisaran Ottoman pada 1826) sebagai lambang feodalisme dan karena sebab itu
ia melarang pemakaiannya di muka umum. Ia mendorong lelaki Turki untuk
mengenakan pakaian orang Eropa. Meskipun Islam melarang keras minuman yang
mengandung alkohol, ia menggalakkan produksi dalam negeri dan mendirikan
industri minuman keras milik negara. Ia menyukai minuman keras nasional, rakı,
dan banyak sekali meminumnya.
Atatürk pernah mengatakan: "Kebudayaan adalah dasar dari Republik
Turki." Pandangannya tentang kebudayaan termasuk warisan kreatif bangsanya
sendiri dan apa yang dipandangnya sebagai nilai-nilai yang mengagumkan dari
peradaban dunia. Terutama sekali ia menekankan humanisme. Ia pernah
menggambarkan tekanan ideologis Turki modern sebagai "suatu kreasi
patriotisme dicampur dengan gagasan humanis yang luhur."
Untuk membantu pencampuran sintesis seperti itu, Atatürk menekankan perlunya
memanfaatkan unsur-unsur warisan nasional bangsa Turki dan bangsa Anatolia
(termasuk budaya-budaya pribuminya yang kuno) serta kesenian dan teknik dari
peradaban-peradaban dunia lainnya, baik pada masa lalu maupun sekarang. Ia
menekankan perlunya mempelajari peradaban-peradaban Anatolia kuno, seperti
bangsa Het, Frigia, dan Lidia. Kebudayaan Turki pra-Islam menjadi pokok
penelitian yang luas, dan tekanan khusus diberikan kepada kenyataan bahwa --
jauh sebelum peradaban Seljuk dan Ottoman -- bangsa Turki telah memiliki
kebudayaan yang kaya. Atatürk juga menekankan kesenian rakyat di pedesaan
sebagai mata air kreativitas Turki.
Kesenian visual dan plastik -- yang perkembangannya sekali-sekali ditahan oleh
sebagian pejabat Ottoman dengan anggapan bahwa penggambaran wujud manusia
adalah bentuk penyembahan berhala -- berkembang di bawah masa kepresidenan
Atatürk. Banyak museum yang dibuka; arsitektur mulai mengikuti arus yang lebih
modern; dan musik, opera, dan balet klasik barat, serta teater, juga mengalami
kemajuan besar. Ratusan "Wisma Rakyat" dan "Ruang Rakyat"
di seluruh negeri memungkinkan akses yang lebih luas terhadap berbagai kegiatan
kesenian, olah raga dan acara-acara kebudayaan lainnya. Penerbitan buku dan
majalah juga meningkat pesat, dan industri film mulai berkembang.
Mustafa Kemal memiliki visi sekuler dan nasionalistik dalam programnya
membangun Turki kembali. Ia dengan keras menentang ekspresi kebudayaan Islam
yang asli terdapat di kalangan rakyat Turki. Penggunaan huruf Arab dilarang dan
negara dipaksa untuk beralih ke abjad yang berbasis Latin yang baru. Pakaian
tradisional Islam, yang merupakan pakaian kebudayaan rakyat Turki selama
ratusan tahun, dilarang hukum dan aturan berpakaian yang meniru pakaian barat
diberlakukan.
2.8 Bidang Ekonomi.
Westernisasi dan sekulerisasi juga dilakukan dalam bidang ekonomi. Meskipun
Turki banyak menyerap peradaban barat, seperti yang telas dijelaskan
sebelumnya, akan tetapi Kemal membatasi diri untuk bekerjasama dengan barat
dalam bidang ekonomi. Karena Kemal tidak menginginkan negaranya dikuasai oleh
kekuatan asing. Sumber-sumber vital dalam negeri diambil alih oleh Negara,
untuk mengantisipasi resesi ekonomi dunia sebagai akibat Perang Dunia I, pihak
penguasa Turki menerapkan beberapa kebijaksanaan ekonomi, antara lain:
1. Mengurangi volume perdagangan luar negeri,
2. Menekan belanja rutin,
3. Mengurangi pengeluaran atau anggaran militer menjadi
rata-rata 28% dari seluruh anggaran pengeluaran,
4. Memberi bantuan kepada sektor swasta agar bisa lebih
mandiri.
Perbaikan-perbaikan dibidang ekonomi ini memang sangat menentukan bagi
kelanjutan gerakan pembaharuan Kemal, karena kalau tidak ada pembaharuan dalam
bidang ini gerakan oposisi akan lebih mudah dalam mengacaukan situasi. Sebagai
akibat dari kebijaksanaannya, ekonomi Turki pada tahun 1949 sangat baik.
Disektor pertanian masyarakat Turki selalu mengalami surplus, sehingga
kebutuhan pangan dalam negeri selalu terpenuhi. Dengan demikian, Kemal dapat
mempertahankan kekuasaannya selama 15 tahun sekalipun banyak tantangan dari
pihak oposisi.
Pemikiran dan gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Kemal, disamping telah
membuahkan hasil yang sangat menggembirakan, ialah menyadarkan umat Islam di
Turki dari ketertinggalannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dari
Barat, oleh karena itu Kemal memberikan pencerahan kepada umat Islam di Turki
khususnya, umat Islam diseluruh dunia pada umumnya.
Dalam gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Kemal, disamping telah membuahkan
hasil yang positif, bukanlah sebuah jalan tol yang licin dan bukan pula
jembatan emas yang terbebas dari onak dan duri, namun sebuah perjalanan panjang
yang sangat melelahkan dan penuh tantangan. Karena dengan adanya pembaharuan
adanya kontak Islam dengan Barat, mendorong kaum muslim berfikir kritis,
analitis, obyektif dan rasional. Sehingga nantinya memunculkan jati diri Turki
sebagai Negara yang masing-masing individu bernafaskan islam, namun dalam
konteks kehidupannya juga beriringan dengan peradaban Barat, sebagai
penyesuaian kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, sistem pemerintahan dan aspek
yang lainnya.
Berdasakan kajian yang telah diuraikan dalam pembahasan masalah, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dari biografi yang dipaparkan oleh penulis sejak dini
Mustafa Kemal memang mempunyai bakal dalam bidang politik, dan menaruh
kebencian dengan ajaran Islam, hingga akhirnya ia mempelajari westernisasi
sebagai tonggak pemikiran-pemikirannya mengenai wajah baru yang akan digoreskan
dalam kancah dunia politik Turki.
2. Sebelum menjadi sebuah negara republik, Turki merupakan
sebuah dinasti Islam terakhir yang bernama Turki Usmani. Wilayah kekuasaan
Turki Usmani sangat luas yang menjadikannya kekuatan yang disegani oleh dunia
internasional khususnya negara-negara Eropa. Kemajuan teknologi yang terjadi di
Eropa tidak sejalan dengan apa yang terjadi di Turki Usmani yang mengakibatkan
kesultanan ini menjadi lemah dan tertinggal dari negara-negara Eropa yang telah
lebih maju. Beranjak dari situasi dan kondisi seperti ini, seorang perwira
militer yang memiliki paham nasionalisme hadir dan menggagas sebuah negara
republik untuk menggantikan sistem pemerintahan Islam yang dianggap kolot dan
tidak mampu membawa negara kedalam kemajuan seperti negara-negara Eropa.
Keinginannya ini akhirnya tewujud melalui berbagai cara perjuangan serta
pergerakannya yang cukup panjang serta menghantarnya menjadi pemimpin pertama
negara Republik Turki yang dibentuknya yang menganut prinsip republikanisme,
nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar